Penguasaan masyarakat akan sangat tergantung pada tumbuhnya enam jenis kader dakwah sebagai berikut,
Pertama, al khotib al jamahiriy, tumbuhnya para khuthoba yang
bersemangat, yaitu mereka yang mampu menyampaikan pesan-pesan Islam
dengan jelas dan terang, penuh gairah dan dinamika. Para khotib
bersemangat muda yang menyampaikan hikmah (pengetahuan) orang-orang tua
yang penuh pengalaman (hikmatus syuyukh fi hamasatus syabab). Bukan
semangat orang tua dengan pengetahuan pemuda yang cetek.
Para khutoba ini hendaknya mampu melakukan tahridh (pengerahan massa)
dan menumbuhkan tahmis (semangat) berdasarkan iman dan pengetahuan
bukan emosi dan kebencian.
Kedua, al faqih asy sya’biy, orang-orang faqih di tengah masyarakat,
yaitu para ulama yang takut pada Allah dan hidup di tengah-tengah
masyarakat, memberikan bimbingan dan fatwa-fatwa yang lurus dan benar
tentang masalah yang dihadapi masyarakat. Menjadi pendidik dan tempat
bertanya yang tidak menimbulkan keraguan dan perpecahan. Selalu
menghidupkan toleransi antar mazhab (fiqh) yang menjadi titik temu yang
mempersatukan ummat. Dari itu ia senantiasa dicintai, didukung dan
dibela oleh masyarakatnya. Khotib jamahiriy menjadi pendorong masyarakat
ke jalan Alloh sedang faqih sya’biy membimbing masyarakat dalam jalan
Alloh. Dia bukan faqih jetset yang memberi fatwa berdasarkan order,
tetapi benar-benar menyuarakan pimpinan Allah dan RasulNya.
Ketiga, al-Amal atau at ta’awuni al khoiriy, aktifitas kejama’ahan
sosial. Tujuan utama dari aktifitas ini adalah memfungsikan
masjid-masjid sesuai dengan bimbingan Rasululloh. Untuk itu harus dibuat
kerjasama sosial dengan berbagai lapisan masyarakat untuk mendekatkan
ummat pada masjid. Sasaran program ini adalah ta’zizud da’iyah,
memperkuat para da’i sebagai pelopor di berbagai bidang. Para da’i kita
hendaknya disokong sepenuhnya agar mampu menyantuni massa umat sehingga
ia memiliki gengsi dan prestise yang tinggi yang membuat umat ikut pada
arahannya. Biasanya masyarakat kita sangat patuh bila dakwah dimulai
dengan santunan yang memperhatikan kebutuhan mereka.
Keempat, masyru’ al iqtishodis sya’biy, menumbuhkan ekonomi
masyarakat kecil. Harakah dakwah harus turut meningkatkan taraf ekonomi
umat Islam yang pada umumnya masih sangat lemah. Usaha-usaha ekonomi
hendaknya usaha yang ringan, mudah dijangkau dan memasyarakat. Berbagai
klub, perhimpunan atau organisasi ekonomi kecil perlu ditumbuhkan dan
dibimbing oleh para da’i yang sekaligus menjadi pembimbing rohani
mereka. Sasaran program ini adalah agar masyarakat pendukung da’wah
dapat iktifa’ dzati (berdikari) di satu sisi dan di sisi lain bisa
mengendalikan laju ekonomi secara keseluruhan.
Kelima, al i’lam as sya’biy, penerangan yang memasyarakat. Potensi
i’lam hendaknya tumbuh dari orang-orang yang memahami aqidah, fikrah dan
manhaj serta mundhobith (disiplin) kebijaksanaan jama’ah, agar
pembentukan ro’yul ‘aam (opini umum) sesuai dengan rancangan da’wah.
Sebab bidang ini merupakan titik rawan amni suatu gerakan da’wah. Pers
yang ditumbuhkan dari dalam adalah pers yang murah dan mudah dibaca oleh
masyarakat. Bukan penampilan elite yang membuat umat enggan membacanya
atau menyedot potensi harakah dalam mengerjakannya. Yang penting bukan
nama besar tetapi kemampuan menyebar dan meluas dengan cepat dalam
berbagai bentuknya yang ringan; buletin, brosur, maklumat, majalah,
koran dan aneka bentuk lainnya yang murah dan terjangkau, menyebar dari
berbagai sumber dan dikerjakan cukup oleh setiap rumah tangga.
Selain itu perlu juga menyokong pers umat Islam yang telah ada agar
memiliki ruh dan fikroh Islami. Para pakar jama’ah dakwah hendaknya
menyumbangkan tulisan-tulisan bermutu pada pers yang dimiliki umat
Islam. Bila perlu kita mampu menumbuhkan pers kaum muslimin menjadi pers
harakah. Yaitu pers yang dikendalikan oleh personil harakah kita.
Dalam i’lam sya’bi perlu pula dimunculkan pendidikan Islam melalui
radio-radio, televisi dan sebagainya. Tentu melalui thoriqoh yang
mungkin bisa ditempuh dengan tidak meninggalkan unsur-unsur syar’i dalam
penyajiannya.
Sumber : http://al-intima.com/taujih-ust-hilmi-aminuddin/menumbuhkan-kemampuan-menguasai-masyarakat
0 komentar:
Posting Komentar