Alt/Text Gambar

28 April 2017

28 April 2017

Makna Mendalam 'Agama adalah Nasihat'


Bagaimana Caranya Nasihat kepada Allah?

Agama adalah nasihat. Petuah ini terasa sederhana dan singkat saja. Namun memiliki kandungan makna yang sangat dalam. Kaidah agama adalah nasihat mencakup seluruh prinsip seorang Muslim.


Kaidah ini bisa ditemui dalam Hadits Arbain an-Nawawiyah ketujuh.  Dari Abi Ruqayah Tamim bin Aus Ad Daari bahwa Nabi SAW bersabda, “Agama ini adalah nasihat.” Kami bertanya, “Bagi siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum Muslimin, dan bagi kaum Muslimin pada umumnya.” (HR Muslim)


Ustadz M. As'ad Mahmud, Lc dalam Kajian Islam Sabtu Sore (KISS) di Gedung Dakwah PKS Jawa Tengah menguraikan, dalam hadis tersebut terdapat kata an-nasihat. Orang Indonesia biasanya mengartikan an-nasihat sebagai nasihat yang bermakna mengajarkan atau mengatakan kebaikan kepada orang lain. 


Ustadz As'ad menerangkan, makna an-nasihat dalam hadis ini lebih luas. Sebab jika dimaknai sempit sebatas mengajarkan kebaikan kepada orang lain, kita akan kesulitan memahami kandungan hadis arbain ketujuh ini. "Bagaimana misalnya menasihati Allah? lalu bagaimana caranya menasihati Rasul dan kitab Allah?" terang Ustadz As'ad.


Ustadz As'ad lantas menerangkan kata an-nasihat berasal dari kata nashoha yang memiliki arti secara bahasa al-kholus. Dalam kitab al-Wafi, al Kholus berarti memurnikan. Orang Arab kadang memakai kata nashoha saat menggambarkan proses pemurnian madu dari sarang lebah. Mengambil sari dari yang murni. 


Jadi secara lebih luas nashoha itu diartikan memberikan perlakuan yang paling baik kepada yang dinasihati. Jadi dengan demikian, tutur Ustadz As'ad, kata an-nasihat secara bahasa bisa bermakna murni atau memurnikan dan yang kedua bisa dimaknai dengan memberikan perlakuan yang paling baik kepada objeknya.


Kandungan pertama dalam hadis ini adalah nasihat lillah. Ustadz As'ad mengingatkan dengan pemaknaan nasihat yang luas, nasihat kepada Allah bukan berarti kita 'ngandani' Gusti Allah. Tetapi maksudnya kita memberikan perlakuan yang terbaik kepada Allah sesuai dengan hak dan kewajiban kita sebagai hamba.


Secara ringkas, papar Ustadz As'ad, ada dua bentuk nasihat seorang hamba untuk Allah SWT. Pertama, memurnikan peribadatan kepada Allah dengan tidak menyekutukannya. "Yang kedua menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Intinya itu saja. Semua kewajiban kepada Allah kalau diringkas itu tadi," terang Ustadz As'ad. 


Kedua adalah nasihat li kitabillah, kepada kitab Allah. Ustadz As'ad menjabarkan nasihat kepada kitabullah bermakna kita harus memberikan perlakuan yang terbaik kepada Alquran. Imam Hasan al-Banna pernah mengungkapkan sebuah keprihatinan tentang interaksi umat dengan Alquran.


"Imam Hasan al-Banna mengatakan jika ada satu hal dalam tubuh umat ini yang kelihatanna terawat dan terperhatikan padahal tidak terawat dan terperhatikan adalah interaksi dengan Alquran," ujar Ustadz As'ad. 


Imam Hasan a-Banna miris melihat kondisi umat yang seolah-olah sudah puas dengan cara mereka memperlakukan Alquran. Padahal, ucap Ustadz As'ad, bisa jadi cara mereka masih jauh dari yang diharapkan. 


Perlakuan terbaik seorang Muslim terhadap Alquran yang pertama adalah membcanya. Alquran ini diturunkan untuk dibaca, tilawah. "...dan bacalah Alquran itu dengan tartil." (QS Al-Muzammil: 4). Ayat pertama yang turun adalah iqra, bacalah.


Imam Hasan al-Banna menganjurkan agar Alquran menjadi wirid harian setiap aktivis Islam. "Kita mengagumi kebiasaan Salafus Saleh yang begitu disiplin mengkhatamkan Alquran. Ada yang tiga hari sekali, tujuh hari sekali yang penting bagaimana menjadikan Alquran sebagai wirid harian," ungkap Ustadz As'ad. 


Perlakuan terbaik kedua terhadap Alquran adalah tadabur atau merenungi maknanya. Alquran diturunkan bukan hanya sebagai formalitas sehingga umat tidak paham maknaya. Tadabur adalah mencoba mengetahui maknanya dan merenungkannya. 


"MasyaAllah, Alquran ini selalu menghadirkan inspirasi yang tak pernah kering. Satu ayat direnungi oleh beberapa orang bisa menghasilkan beberapa inspirasi yang berbeda," kata Ustadz As'ad.


Sayyid Qutb mengatakan fungsi dari tadabur diantaranya bisa menyiagakan hati seorang Muslim. Tadabur seperti membangunkan kembali semangat, membangkitkan kembali motivasi. 


Bagian dari akhlak terhadap Alquan yang ketiga adalah menghafalkan. Rasulullah bersabda kerongkongan orang yang tidak menghafalkan Alquran seperti rumah yang tak bertuan. Menurut Ustadz As'ad, tidak ada kata terlambat untuk menghafal Alquran.


Kemudian, termasuk juga bagian dari nasihat terhadap Alquran adalah mendengarkannya. Para sahabat sering diminta Nabi Muhammad SAW untuk membacakan Alquran dan Beliau SAW menyimaknya. "Jika sudah membaca, menghafal, memahami lalu merasa lelah bisa mendengarkan. Sekarang teknologi membantu kita untuk bisa mendengarkan Alquran kapan saja," ujar Ustadz As'ad.


Bagian dari nasihat terhadap Alquran adalah mengajarkannya. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya." (HR Bukhari). Mengajarkan Alquran adalah amalan yang sangat mulia sehingga dinilai sebagai amalan terbaik. Terakhir, nasihat seorang Muslim terhadap Alquran adalah menjadikan Alquran panduan akhlak dalam kehidupan.


Nasihat selanjutnya adalah kepada Rasulullah. Secara ringkas, nasihat kepada Rasulullah adalah dengan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagian ulama menyebutkan, bershalawat adalah amalan wajib yang tidak terikat waktu dan bilangan. Seorang Muslim minimal sekali dalam hidupnya mengucapkan shalawat. 


Yang juga penting adalah menjalankan perintah Rasul dan menjauhi larangannya. Akhlak ini sebenarnya satu paket dengan apa yang kita lakukan terhadap Allah SWT. Sebagai seorang Muslim, perintah dan larangan Allah SWT berarti perintah dan larangan dari Rasulullah SAW.


Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasul), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Ali Imran 31). 


Bukti cinta kepada Rasul adalah menghidupkan sunnah dan ajaran-ajarannya. Nabi Muhammad SAW diutus sebagai uswatun hasanah. "Bagian dari kebijaksanan Allah SWT kepada kita, Rasul diutus dari golongan manusia. Fungsinya suapaya bisa mencontoh secara langsung," ujar Ustadz As'ad.


Nasihat yang selanjutnya adalah kepada aimmatul muslimin. Aimmah artinya pemimpin. Menjalankan nasihat secara sederhana bisa dengan mendukung pemimpin jika dalam kebenaran dan menasihati atau meluruskan jika melakukan kesalahan.


Terakhir, nasihat ini juga harus diberikan keada ammatihim, kepada seluruh kaum Muslimin. "Bagaimana cara memberikan nasihat kepada umat Islam? Dengan cara mengajak mereka semua untuk menjadi masyarakat yang taat kepada Allah dan menjadi umat yang saling menasihati dalam kebikan dan kesabaran," pungkas Ustadz As'ad. 


jateng.pks.id

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates | ReDesign by PKS Kab.Semarang