Alt/Text Gambar

22 Februari 2016

22 Februari 2016

Menulis Sehebat Salim A. Fillah

Siapa yang tidak kenal Salim A. Fillah? Orang yang menggeluti dunia kepenulisan dan perbukuan di Indonesia tentu mengenalnya. Nama ini tercantum sebagai penulis di beberapa buku best seller.

Hari ini, Alhamdulillah, saya diperkenankan berjumpa dan berbincang bersama Ustadz Salim di Medan. Tak lupa, buku "Menghidupkan Pesona Cinta" saya berikan sebagai cinderajiwa.

Saya yakin tak cuma saya seorang, kita yang bergiat menulis pastilah ingin karya kita tersebar luas, berpredikat bestseller bahkan mega bestseller, dan yang paling penting bisa membawa dampak positif bagi setiap pembacanya. Itulah yang tampaknya sudah dicapai oleh Ustadz Salim A. Fillah.

Beliau terkenal khas gaya tulisannya, juga kerap menghadirkan sejarah yang umum dikenali dengan cara pandang baru, lihai memadukan dalil dengan hikmahnya, serta kecakapan-kecakapan lain yang bisa kita lihat dalam karyanya. Namun, di samping itu, ada rahasia yang lebih penting kita gugu dari beliau.

Apa itu? Keikhlasan. Ini soal niat; apa yang kita inginkan lewat karya kita?

Saya pernah ingin mengundang seorang penulis mega-bestsellerbuku Islami, juga seorang motivator bisnis, tapi baru di detik-detik pertama berbicara beliau sudah menegaskan tarif. Maksudnya tentu saja perbincangan tidak perlu dilanjutkan bila tarif tidak sesuai. Ini jelas berkebalikan dengan isi tulisannya dan motivasinya.

Adapun Ustadz Salim A. Fillah, beliau juga sibuk berbincang dakwah ke berbagai tempat. Akan tetapi, berbeda karakternya. Beliau sadar betul bahwa apa yang disampaikannya itu bukan miliknya. Statusnya hanya penyampai, tak lebih. Maka, bukan soal tarif yang menjadi alasan beliau menolak undangan, melainkan kesempatannya saja. Terlebih lagi, sekarang beliau lebih aktif dalam acara-acara kemanusiaan.

Motivator yang saya sebut tadi dan Ustadz Salim A. Fillah, keduanya punya karya yang menakjubkan, sama-sama dikenal di tengah khalayak, tapi berbeda kesadarannya. Yang satu menganggap kesuksesannya adalah miliknya, satunya lagi tetap sadar bahwa statusnya hanya penyampai.

Sahabat, bukan cara menulisnya yang paling penting kita pelajari, meskipun itu jelas penting, tapi utamanya adalah soal niat kita. Mari sama-sama kita luruskan. Kita punya momentum masing-masing untuk berpijar, niat ini yang menentukan kesudahan kita. Ikhlaslah, agar segalanya tidak sia-sia.
 
Mhd Rois Almaududy

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates | ReDesign by PKS Kab.Semarang