Alt/Text Gambar

16 April 2015

16 April 2015

Urgensi Tarbiyah bagi Muslimah

Muslimah merupakan komponen dalam keluarga dan masyarakat yang sangat menentukan perannya dalam membentuk generasi dan menciptakan peradaban. Sejarah telah mencatat, sejak zaman nabi Adam, hingga nabi yang terkahir nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, banyak kita dapatkan kisah betapa muslimah (wanita) di sekitar para nabi sangat berperan di dalam membantu tugas da’wah para nabi. Sebagai contoh misalnya peran  Siti Asiah istri fir’aun, di tengah kehidupan jahil Fir’aun dan anak buahnya, Asiah telah menunjukkan keteguhannya dalam memegang keimanan kepada Allah swt, dan kepada Musa as., walaupun harus menanggung ujian berat .
Demikian juga peran ibu Musa ketika Musa masih bayi, yang dengan ikhlas memenuhi perintah Allah untuk menghanyutkan bayinya. Juga peran kakak musa yang turut serta memantau kotak yang berisi bayi Musa yang dihanyutkan. Kita lihat juga bagaimana peran Siti Hajar ibunda Ismail ‘alaihissalam, dalam mendidik anaknya sehingga mampu menjadi hamba Allah yang sabar ketika menerima perintah untuk disembelih. Lihatlah juga bagaimana pengorbanan dan perjuangan Khadijah radhiyallahu ‘anha dalam membela da’wah suaminya. Peran Asma binti Abu Bakar yang telah membantu kesuksesan dakwah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kapandaian Aisyah radhiyallahu ‘anha , sehingga mampu mendidik kaum wanita sepeninggal Rasul, dengan mengajarkan berbagai macam hadis.
Munculnya muslimah yang demikian besar perannya dalam kehidupan dan sejarah perjuangan para nabi, tentu tidak secara instant dan tiba-tiba. Mereka semua menjadi muslimah yang tangguh dalam segala hal, adalah berkat adanya proses pembinaan yang berkelanjutan . Maka jika kita semua, tanpa kecuali, baik laki-laki ataupun perempuan ingin mengulang sejarah, mengukir kembali pribadi-pribadi muslimah yang siap mendukung terciptanya peradaban Islam yang gemilang, mestilah memberikan dukugan yang penuh terhadap aktivitas tarbiyah muslimah. Pemahaman ini penting, sehingga akan ada kerja sama yang selaras antara ikhwan dan akhwat dalam mensukseskan program tarbiyah muslimah.
Pembinaan merupakan sesuatu yang niscaya, karena fitrah manusia yang senantiasa membutuhkan nasehat dan perhatian. Kenapa demikian?
Pertama, karena manusia adalah makhuk yang diciptakan Allah salah satunya memiliki sifat lupa. Dengan demikian,   manusia, termasuk di dalamnya muslimah   butuh untuk selalu diingatkan dan diarahkan (Fa dzakir fainna dzikra tanfaaul mu’minin).
Kedua, karena tabiat manusia yang membutuhkan hidup berkelompok. Pembinaan dalam beberapa hal melatih bagaimana muslimah dapat hidup berkelompok dengan berbagai tanggung jawabnya.
Ketiga, karena manusia memiliki tabiat lemah dan bodoh. Dengan kesadaran ini, maka muslimah akan terpacu untuk senantiasa menambah ilmu dan wawasan sehingga akan dapat mengarungi kehidupannya dengan ilmu dan pemahaman.
Dari uraian di atas, kita dapat memahami bahwa beberapa urgensi tarbiyah bagi Muslimah adalah sebagai berikut :
  1. Dengan tarbiyah muslimah dapat menambah ilmu dan wawasan
  2. Dengan tarbiyah muslimah dapat mendukung suami dalam da’wah
  3. Dengan tarbiyah muslimah dapat sukses dalam mendidik anak
  4. Dengan tarbiyah muslimah dapat eksis di tengah masyarakat untuk bekerja sama dalam memberdayakan lingkungan yang islami.
Tarbiyah merupakan sarana untuk menambah ilmu dan wawasan.
Ilmu akan menjadi cahaya dalam melangkah. Ilmu akan memandu setiap langkah muslimah. Dengan ilmu juga seseorang akan menjadi takut kepada Allah. Ilmu juga akan mengangkat derajat seseorang disisi Allah dan di sisi manusia.
 “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Jika para muslimah memiliki ilmu dan wawasan yang luas, mereka akan mampu memberikan pengajaran dan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, mengetahui jalan-jalan kebaikan, yang dengannya dia akan banyak kesempatan/peluang untuk beramal, mampu mengajarkan kebaikan kepada masyarakatnya, Dan seorang muslimah yang memiliki banyak ilmu dan wawasan tidak akan ditipu dan dibohongi oleh pihak-pihak yang ingin menjerumuskannya dari kalangan musuh –musuh Allah.
Dengan tarbiyah yang dilakukan secara rutin setiap pekan dalam halaqah, peluang-peluang untuk mendapatkan tambahan ilmu akan semakin besar, karena selain mendapatkan ilmu-ilmu secaara langsung dari murobbinya, di dalam halaqah juga seorang muslimah akan dimotivasi untuk memperbanyak kegiatan menggali ilmu di luar halaqah, misalnya dengan aktivitas membaca. Para shahabiyah terbiasa menanyakan hal-hal yang belum diketahui kepada Rosulullah dan para istri-istrinya karena semangat mereka mencari ilmu yang tinggi. Aisyah radhiyallahu ‘anha termasuk salah seorang shahabiah sekaligus istri nabi yang memiliki ilmu dan wawasan yang sangat luas, terbukti dengan meriwayatkan banyak hadis yang jumlahnya lebih dari 200.
Muslmah yang memiliki ilmu pada gilirannya juga akan meningkatkan keimanan. Karena iman harus didahului dengan ilmu. Perhatikan firman Allah, “Maka ketahuilah (fa’lam), bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”
Dalam kalimat fa’lam (ketahuilah) di atas tersirat makna agar kita punya ilmu, sehingga kita bisa mengimani Allah.
Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa iman seseorang kadang naik dan kadang berkurang. Dalam kehidupan seorang muslimah, manakala dia mengalami penurunan iman, maka akan berdampak buruk bagi orang-orang di sekelilingnya, baik suami, orang tua, maupun anak-anaknya. Dampak buruk itu misalnya dapat berupa menjadi sasaran pelampiasan kemarahan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, tidak mustahil akan berakibat pada penurunan produktifitas dari suatu kelurga. Kita bisa membayangkan seorang suami yang menjadi sasaran kemarahan istri, pasti tidak dapat bekerja secara konsentrasi dan optimal. Demikian juga anak-anak di sekolah tidak dapat belajar dengan konsentrasi dan baik, manakala selalu dimarahi oleh ibunya. Seseorang yang marah, pada hakekatnya dia sedang membuang-buang energi, yang berarti melakukan kesia-siaan.
Selain menjadi mudah marah, seorang muslimah yang mengalami penurunan iman juga akan menjadi malas dalam melakukan aktifitas ibadah. Kemalasan dalam beribadah ini pada akhirnya juga akan menurunkan kembali keimanan, sehingga menjadi lingkaran tak berujung. Bisa kita bayangkan jika muslimah tidak mendapatkan siraman dalam tarbiyah yang akan menghidupkan dan menyegarkan kembali keimanannnya. Ibarat tanaman yang menjadi segar kembali setelah   layu karena tidak disiram. Kemalasan dalam melakukan ibadah juga akan menjadi satu hal yang pada gilirannya akan di contoh oleh anak-anak. Akhirnya akan lahirlah generasi yang pemalas.
Rosulullah saw mengajarkan kita untuk berdoa agar terhindar dari sifat malas : Allahumma inna na’udzubika minal hammi wal hazan wana’udzubika minal ajzi wal kasal,wanau’dzubika minal jubni wal buhl, wanau’dzubika min ghalabatidaeni waqohri rijal .
Penurunan keimanan pada gilirannya juga akan melemahkan motivasi dalam banyak hal. Orang yang lemah motivasinya akan kehilangan semangat dalam menggapai sesuatu yang lebih baik dimasa depan.
Dengan keimanan yang terus meningkat, seorang muslimah akan lebih produktif di dalam beramal, baik dalam lapangan kehidupan keluarga maupun kehidupan masyarakat. Dengan demikian tidak dapat di bantah lagi bahwa semua pihak harus mendukung untuk terlaksananya tarbiyah bagi muslimah.
Selain hal-hal tersebut di atas, dengan aktifitas tarbiyah , yang juga terkandung makna aktifitas thalabul ilmi, seseorang akan dimudahkan jalan masuk ke syurga, “Barangsiapa yang berjalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan jalan baginya untuk masuk syurga”
Dengan Tarbiyah muslimah dapat mendukung suami dalam dakwah
Perempuan dan laki-laki diciptakan oleh Allah untuk saling bekerja sama dalam kebaikan sebagaimana firman Allah di dalam surat At Taubah 71, Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Seorang muslimah yang terbina akan memahami posisi dirinya sebagai mitra suami dalam menjalankan tugas da’wah. Maka ia akan berusaha bahu membahu dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. Ia akan memahami betul bagaimana menjadi seorang istri yang shalehah, yang senantiasa taat kepada suami dalam kebaikan, menjaga kehormatan dan harta suami, serta menyenangkan bila dipandang. Muslimah yang terbina juga akan senatiasa mendukung dan memotivasi suami untuk selalu istiqomah di jalan da’wah, dan tidak akan menghalang-halangi suami dalam amal kebaikan. Langkahnya selalu terinspirasi oleh sosok Khadijah radhiyallahu ‘anha, istri Rosulullah yang secara total menyerahkan apa saja yang dimilikinya untuk kepentingan dakwah islam, baik harta, waktu, serta jiwanya.
Berbahagialah soerang suami yang memilki pendamping yang setia dan penuh pengorbanan seperti pengorbanan Khadijah ra. Sosok Khadijah lahir dari proses pembinaan yang intensif.
Agar muslimah dapat mendukung dakwah suami secara optimal, maka dirinya dituntut untuk mampu memenej semua sumberdaya yang ada dengan baik, baik sumber daya yang berupa harta, tenaga, ataupun waktu. Di sinilah pentingnya seorang muslimah memilki ketrampilan-ketrampilan rumah tangga ataupun ketrampilan tambahan yang akan mendukung tugas-tugasnya.
Muslimah membutuhkan banyak ketrampilan dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya, baik dalam lingkungan rumah tangga, maupun dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakat. Mulai dari keterampilan mengurus diri dengan manejemen waktu, keterampilan dalam kehidupan rumah tangga dengan tugas-tugas merawat dan mendidik anak, menjaga kerapihan dan keindahan rumah dll. Juga keterampilan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Keterampilan –keterampilan tersebut mungkin nampaknya sepele, tetapi jika tidak disiasati dengan baik, akan berakibat pada kualitas hidup yang tidak baik, karena terjadi pemborosan sumber daya. Seorang muslimah di tuntut untuk dapat bekerja dengan cerdas, ikhlas dan tuntas, dan bukan sekedar bekerja keras, sehingga ia dapat mendukung tugas da’wah suami, dan melaksanakan tugas da’wah bagi dirinya.
Allah swt berfirman di dalam surat at Taubah 105 : “Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.’”
Tarbiyah adalah jalan bagi seorang muslimah untuk dapat memahami, termotivasi dan membekali diri agar dapat melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya sebagai seorang istri dalam membantu tugas suami dengan baik.
Dengan tarbiyah, muslimah akan dapat sukses mendidik anak.
Pemahaman akan nilai strategis seorang anak sebagai investasi pahala yang tak pernah putus bagi orang tuanya, akan memotivasi para muslimah untuk senantiasa memperhatikan dan bersemangat dalam mendidik anak-anaknya menjadi generasi rabani, saleh dan muslih. Pemahaman dan kesadaran demikian akan muslimah dapatkan dalam proses tarbiyah . Berawal dari pemahaman dan kesadaran inilah seorang muslimah akan berjuang sungguh-sungguh dalam mendidik anak-anaknya.
Pada hakekatnya, tarbiyatul aulad adalah merupakan kewajiban dan tanggung bersama antara ayah dan ibu, akan tetapi secara fitrah, muslimah akan lebih dekat interaksinya dengan anak-anak, karena ia sudah berinteraksi secara fisik dengan “ibu” sejak masih ada dalam kandungan. Seorang ayah seringkali lebih banyak berperan pada hal-hal yang bersifat strategis dalam pendidikan anak, adapun manajemennya lebih banyak ada di tangan ibu. Oleh karena itu, seorang muslimah dituntut untuk memiliki dan memahami banyak ilmu,ketrampilan, dan hal-hal lain terkait dengan pendidikan anak, sehingga anak-anaknya akan menjadi sukses dunia akherat.
Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita bagaimana orang tua menyayangi anak-anaknya dengan ciuman kasih sayang, sehingga beliau mengomentari sahabat yang tidak pernah sekalipun mencium anak-anaknya dengan ungkapan “…barangkali Allah telah mencabut kasih sayang dari dirinya”
Suatu kali Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga mendoakan anak-anak yang sedang bermain dengan dagangannya dengan doa “Semoga Allah memberkahi daganganmu”
Demikian juga kita melihat contoh para shahabiah dan salafusshaleh dalam mentarbiyah anak-anaknya. Misalnya al Khansa, telah berhasil menanamkan jiwa syuhada kepada kelima anaknya, sehingga semuanya mendapatkan anugerah syahid.
Seorang muslimah yang terbina sudah semestinya mencita-citakan agar suami dan anak-anak serta dirinya menjadi penghuni syurga dengan rahmat dan kasih sayang-Nya. Inilah cita –cita muslimah seperti yang Allah firmankan dalam surat Atthur 21, “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”.
Jadi, ukuran kesuksesan mendidik anak adalah berhasil menjadikan anak-anaknya sebagi penghuni syruga. Adapun kesuksesan-kesuksesan yang sifatnya dunia dan materi hakekatnya itu merupakan eksesoris yang akan mempercantik “kesuksesan hakiki menjadi penghuni syurga”
Dengan Tarbiyah muslimah dapat eksis di tengah masyarakat untuk bekerja sama dan memberdayakan lingkungan masyarakat yang islami
Kehadiran muslimah di tengah lingkungan masyarakatnya harus dapat memberi pengaruh yang positif, mampu mencetak lukisan indah di tengah masyarakat, dan bukan melebur pada warna lukisan yang ada di masyarakat. Agar dapat memberikan pengaruh yang demikian, seorang muslimah membutuhkan bekal-bekal motivasi, keberanian, kebijaksanaan dan ketrampilan. Hal-hal ini insya Allah akan didapatkannya di dalam proses tarbiyah yang intensif. Di sini muslimah akan mampu memerankan dirinya sebagi agent of change (agen perubahan) ke arah yang lebih baik, tanpa mengorbankan prinsip kebenaran yang telah diyakininya. Sesuai dengan istilah yahtalituuna walakin yatamayazun.

Secara umum, masyarakat yang melingkupi kehidupan muslimah sekarang ini, masih jauh dari nilai –nilai kebenaran. Berbagai fenomena menunjukkan betapa manusia masih diperbudak oleh malkhluk dan hawa nafsunya. Lihatlah ,betapa banyak wanita-wanita yang notabene seorang muslim, tampil dengan pakaian yang minim, betapa banyak remaja yang berbeda jenis bergaul tanpa batas. Lihat pula gerombolan ibu-ibu yang lebih suka bergosip dengan sesama tanpa merasa bersalah. Lihat pula betapa banyak ibu-ibu dari kalangan menengah ke atas lebih senang berburu perhiasan dan perabot rumah yang yang harganya berlipat-lipat dari gaji seorang guru. Semua fenomena tersebut membutuhkan perhatian yang serius dan kerja keras dari para muslimah yang terbina untuk mengembalikan masyarakat kepada fitrahnya yang hanif dan cinta kebenaran.
Salah satu hadis Rosul saw yang dapat di jadikan pedoman dalam merekayasa masyarakat adalah hadis yang artinya :
“Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tangannya, kalau dia tidak mampu, maka cegahlah dengan lisannya, dan kalau dia tidak mampu juga, maka cegahlah dengan hati. Dan itulah selemah-lemah iman.
Jika seorang muslimah sudah tidak ada kepekaan dan kepedulian sama sekali melihat kemungkaran dan permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, maka ia dipertanyakan keimanannya. Selain itu, Allah juga mengingatkan kita di dalam firman Allah pada surat al anfal ayat 25, “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
Ayat ini seharusnya menjadi penyemangat   bagi para muslimah untuk senantiasa proaktif dalam menyeru masyarakat nya kepada kebaikan, sehingga akan jauh dari Adzab atau siksa Allah. Di dalam aktifitas tarbiyah, muslimah akan mendapatkan banyak motifasi untuk selalu berbuat, berjuang dan melakukan banyak hal. Maka tarbiyah bagi muslimah adalah suatu yang tidak dapat dipisahkan dari dirinya. (al-intima)

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates | ReDesign by PKS Kab.Semarang