Alt/Text Gambar

03 Desember 2014

03 Desember 2014

'Mindset' Sukamta untuk Indonesia

Kerja Keras, Lolos Dapil Neraka

Mindset, yang merupakan derivasi dari visi bangsa kita, perlu terus diasah agar dapat memberikan arah perjalanan bangsa secara jelas. (Sukamta: 2014)

Begitulah salah satu pemikiran Sukamta mengenai “Mindset Ekspansi” dalam tulisannya di Harian Republika edisi 29 Oktober 2014. Sukamta yang lahir di Klaten, 6 April 1967, merupakan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sebelumnya, Sukamta muda merupakan aktivis yang bersama teman-temannya ikut membangun PKS sejak awal. Masuk tahun 2009 Sukamta dimanahkan menjadi anggota DPRD Provinsi D.I. Yogyakarta. Selanjutnya di tahun 2014 Sukamta memperoleh kepercayaan masyarakat Yogyakarta menjadi wakil mereka di Senayan untuk masa jabatan 2014-2019.

Bagi Sukamta, Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2014 memberi tantangan berkesan. Sistem pemilu yang berbeda dengan sebelumnya – menurut Sukamta – membuat para calon anggota legislatif (caleg) harus turun lapangan mengenal langsung masyarakat.

“Karena saat ini populer saja tidak cukup. Seperti di dapil saya, Yogyakarta. Terhitung ada sembilan nama tokoh atau orang terkenal ikut pemilu. Mulai anak presiden hingga anak raja. Kalau bicara popularitas, ya semua terkenal luar biasa,” ujar peraih gelar Sarjana Teknik Kimia dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta ini.

Yogyakarta disebut sebagai dapil (daerah pemilihan) neraka pada Pemilu 2014 karena menjadi wilayah kompetisi antarpartai dan antarcaleg dengan nama-nama besar. Masing-masing berusaha meraih kepercayaan masyarakat dengan berbagai cara. Salah satunya seorang menteri yang sudah lama memasang baliho di berbagai sudut Yogyakarta, namun akhirnya tidak terpilih.

Sukamta mengatakan bahwa masyarakat sekarang sudah mulai mempertimbangkan kualitas calon wakilnya. Oleh karena itu, bersama tim kampanye PKS Yogyakarta, seluruh kader, dan simpatisan, Sukamta bekerja keras melakukan kampanye keliling daerah selama 1,5 tahun penuh dan tidak putus.

“Alhamdulillah, dari PKS lebih luar biasa lagi semangat dan kerja sama semua pihak. Mulai dari kader yang mengakar, partisipasi dan kerja keras relawan, dan sebagainya. Benar-benar luar biasa,” kata Sukamta yang pernah menjadi anggota Institute of Science and Technology Studies (ISTECS) ketika menyelesaikan studi doktoralnya di University of Salford, Inggris (UK).

Kepemimpinan Kunci Indonesia Hadapi Tiga Tantangan Krusial

Aktif menulis di berbagai media, seperti “Mindset Ekspansi” dan “Adu Kuat Legislatif-Eksekutif” – keduanya dirilis Harian Republika edisi Oktober 2014 – Sukamta dikenal sebagai anggota dewan yang cerdas dengan pemikiran kritis mengenai Indonesia. Sukamta memiliki pandangan tersendiri terhadap kondisi Indonesia dewasa ini, terutama dalam bidang ekonomi dan bonus demografi.

Di bidang ekonomi, menurut mantan Ketua Pusat Informasi dan Pelayanan (PIP) PKS Inggris ini, Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi besar. Ekonomi bangsa terus tumbuh di tengah resesi dunia. Dibandingkan negara lain yang perekonomiannya cenderung menurun atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. “Kita harus bersyukur perekonomian Indonesia di atas lima persen selama sepuluh tahun terakhir,” katanya.

Sedangkan perihal bonus demografi, Sukamta berpandangan bahwa dengan kondisi jumlah penduduk usia produktif lebih dari 70 persen, Indonesia memiliki struktur masyarakat yang sangat potensial menopang ekonomi bangsa. Namun realitanya, justru negara masih lebih sering menjual bahan mentah. Sedangkan hasil produksi dari komoditas barang olahan belum dominan.

“Ini yang menjadi tantangan kita saat ini. Bagaimana caranya agar pertumbuhan ekonomi kita didasarkan pada hasil ekspor bahan-bahan added value, yang sudah tentu diolah tenaga Indonesia sendiri. Sehingga kedepannya, tidak hanya mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan kita sebagai konsumen, tetapi juga produsen,” jelas Dosen Institut Sains dan Teknologi (ISTA) Yogyakarta tersebut.

Tidak hanya dari segi ekonomi dan bonus demografi, Sukamta juga berpendapat mengenai masalah krusial sosial-politik yang dihadapi ibu pertiwi. Sukamta mengatakan dari segi sosial, Indonesia sedang memasuki masa transisi, yaitu terjadi perubahan orientasi masa lalu pada masyarakat. Ibarat perubahan teknologi dari era analog menjadi digital, masyarakat pun telah berubah dari yang dulu lebih tradisional, sekarang sudah banyak yang longgar.

Dalam menghadapi perubahan orientasi masyarakat, menurut Sukamta, Indonesia membutuhkan leadership (kepemimpinan) yang kuat. “Leadership sangat penting guna menjadi panutan dan memberi contoh ke masyarakat. Sehingga ketika kita maju, kita tidak kehilangan jati diri,” tuturnya.

Sukamta menambahkan, kehadiran leadership yang kuat juga menjadi kunci transisi politik Indonesia. “Leadership yang kuat akan memiliki keyakinan untuk membuat sistem politik yang bagus. Sebaliknya, apabila kita dipimpin oleh leadership yang lemah justru tidak ada keberanian untuk membangun sistem politik yang kuat tersebut, karena akan berusaha melegitimasi kepentingannya sendiri,” tegas Sukamta. Ia berpandangan bahwa kepemimpinan yang lemah justru memperkuat pihak-pihak tertentu menggunakan negara untuk menyelamatkan posisinya sendiri.

Pendewasaan Politik Bangsa Indonesia

Pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Sukamta berpendapat bahwa Indonesia sedang mengalami dinamika politik baru. Di satu sisi terdapat sekelompok partai berada dalam pemerintahan, sedangkan di legislatif dipimpin koalisi partai di luar pemerintahan.

“Saya berharap dengan pengalaman baru ini semakin mendewasakan diri bangsa dalam berpolitik. Karena selama ini baik eksekutif maupun legislatif cenderung dikuasai oleh partai pemenang pemilu,” ujarnya.

Pendewasaan politik, menurut Sukamta, merupakan kondisi dimana pemerintahan bisa berjalan dinamis dan mendatangkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Eksekutif menetapkan program yang kemudian diajukan ke DPR. Di DPR program tersebut dibahas dengan lebih tajam dan kuat untuk kepentingan rakyat.

“Kalau eksekutif dan legislatif berasal dari satu kelompok yang sama, boleh jadi yang diuntungkan bukan masyarakat, tetapi justru kepentingan kelompoknya,” jelas Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS DI Yogyakarta itu. 

Oleh karena itu, dalam mengemban amanah sebagai wakil rakyat dan mengawal jalannya pemerintahan, Sukamta telah menetapkan target-target yang hendak dicapai hingga tahun 2019. Ada beberapa isu yang menjadi fokus Sukamta, meskipun ia paham bahwa target yang ditetapkan tersebut juga bergantung pada dinamika politik eksekutif dan legislatif.

“Misalnya isu energi, menurut saya itu kebutuhan masyarakat yang wajar. Saya berharap sekali energi tidak lagi menjadi komoditas politik. Begitu pula pangan dan sandang, seharusnya menjadi komoditas murah bagi masyarakat. Meski murah, petani pun harus bisa makmur. Oleh karena itu, sangat diperlukan intervensi negara,” papar Pembina Yayasan dan Ketua Litbang Sekolah Internasional Lukman al-Hakiem, Kotagede, Yogyakarta tersebut.

Sukamta kemudian menambahkan isu lingkungan serta politik luar negeri Indonesia sebagai isu yang menjadi fokusnya. Sukamta berkata, “Kondisi lingkungan hidup saat ini sedang kocar-kacir. Minyak habis, ganti hutan. Hutan habis, ganti batu bara. Begitu seterusnya. Bisa-bisa nanti 20 tahun lagi negara kita bisa seperti Gurun Sahara.”

Sedangkan mengenai isu luar negeri, Sukamta berharap dalam perkembangan bangsa kedepan, Indonesia tidak lagi hanya mengurus urusan dalam negeri, melainkan lebih berperan aktif dalam persoalan luar negeri.

“Kita tidak hanya menunggu untuk bebas aktif, seolah seperti penjaga gawang saja. Tapi betul-betul aktif. Kita konkretkan isi UUD 1945 yang menegaskan ‘penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.’ Nah, konteks ini harus benar-benar diperankan.”

Sukamta memberi contoh mengenai peran negara dalam kemerdekaan Palestina. Ia mendesak politik luar negeri Indonesia harus dibenahi dengan benar. “Saya ingin melihat Indonesia yang lebih baik dari hari ini, lebih berbudaya, lebih sejahtera, dan lebih aman,” pungkasnya. (pks.or.id)

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates | ReDesign by PKS Kab.Semarang