Alt/Text Gambar

18 Maret 2014

18 Maret 2014

Patemon Bersiap Menjadi Desa Toga Nasional Dari Kabupaten Semarang

Tengaran - Memasuki gerbang Desa Patemon dari arah Kota Kecamatan Tengaran serasa menemukan kesejukan dan kesehatan yang menyatu. Betapa tidak, aneka tanaman obat keluarga (Toga) tertanam rapi di sepanjang jalan desa dan pekarangan warga.

Oleh karenanya, tak heran bila Desa Patemon menjadi wakil Jawa Tengah pada lomba Desa Toga tingkat Nasional. “Kami siap menjadi desa toga terbaik tingkat nasional. Seluruh warga mendukung upaya ini,” kata Kepala Desa Patemon Puji Rahayu, disela-sela menerima kunjungan kerja Bupati Semarang H Mundjirin, Senin (17/3).

Keyakinan Kades Patemon dan seluruh warga desa sebenarnya tidak berlebihan. Pasalnya, usaha tanam toga di hampir seluruh pekarangan rumah warga telah berlangsung sejak lama.

“Bahkan, usaha tanaman obat keluarga ini telah ada sejak jaman nenek moyang kami. Upaya pelestarian terus berjalan secara turun temurun hingga saat ini,” kata Kepala Satuan Tugas (Satgas) Toga Desa Patemon, Kabul Budiono (51).

Bupati H Mundjirin mengakui usaha Toga di Desa Patemon itu telah menjadi semacam gaya hidup karena telah berlangsung lama. “Harapannya, kegiatan ini dapat terus membawa manfaat bagi warga. Sekaligus bisa menjadi juara nasional,” kata Mundjirin berseloroh.

Penilaian lomba Desa Toga tingkat nasional itu direncanakan pada akhir Maret mendatang.


Diterangkan lebih terinci oleh Kabul, tanaman obat keluarga atau masyarakat desa Patemon mengenalnya sebagai tanaman empon-empon telah dikenal luas warga sejak lama. Warga menanam empon-empon di pekarangan rumah untuk menambah penghasilan keluarga.

Di antaranya dengan menanam kunyit atau kunir yang memiliki nilai ekonomis lumayan tinggi. Selain itu kunyit juga mudah tumbuh dan berumbi di jenis tanah mana saja. Dengan biaya perawatan yang rendah, tanaman kunyit dapat dipanen dan mendatangkan penghasilan yang lumayan bagi warga.

“Karena alasan itu, kami mengembangkan secara massal tanaman kunyit dan tahun lalu bisa panen total 41 ton,” ujar Kabul lagi.

Sebagai gambaran, saat ini di Patemon hamparan tanaman kunyit mencapai 14 hektare dan jahe seluas 18 hektare. Selain itu, setidaknya 900 kepala keluarga juga menanam aneka toga seperti temulawak, dan lempuyang di pekarangan rumahnya.

Tak hanya untuk konsumsi keluarga, hasil toga Desa Patemon itu juga dipasarkan lewat Koperasi “Artha Farma” Regunung.

Menurut Kabul, koperasi tingkat Kecamatan Tengaran itu memang dibentuk untuk membantu pemasaran hasil tanaman obat yang dihasilkan warga . Lewat koperasi itulah, dijalin kerjasama pembelian dengan dua perusahaan jamu tradisional terkenal tingkat nasional yang memiliki pabrik dan taman jamu di wilayah Kecamatan Bergas.

“Kami juga sudah menjalin kesepakatan secara langsung dengan sebuah perusahaan jamu tradisional tingkat nasional untuk pemasaran produksi toga dari Patemon,” tambahnya lagi.

Salah seorang warga, Tuti Mimaroh (40), yang tinggal di RT 12/V Dusun Guntit Patemon, mengaku juga mengusahakan toga di halaman rumahnya secara turun temurun sejak dulu. Di antaranya jeruk nipis, kunyit, jahe, daun sereh dan laos.

“Kami sekeluarga sering memanfaatkannya untuk mengobati masuk angin dan keluhan lainnya. Ada atau tidak ada lomba Toga, warga tetap mengusahakannya karena bermanfaat,” katanya polos.(kominfo.go.id)

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates | ReDesign by PKS Kab.Semarang