JAKARTA - Pemilihan mainan yang tepat bagi anak
nyatanya dapat memengaruhi tingkat kecerdasan dan perkembangan
pertumbuhn anak. Terlebih untuk anak pada masa pertumbuhan yang tentunya
banyak diisi dengan waktu bermain.
Psikolog anak dari Universitas
Indonesia (UI) Ike Anggraika mengatakan mainan yang tepat bagi anak
akan menunjang proses perkembangan motoriknya. Mainan juga harus
memerhatikan faktor usia yang dimiliki.
"Misalnya untuk anak dua
tahun, mereka tidak perlu teman bermain. Jadi dia bisa bermain sendiri,
entah dengan mainan balok contohnya. Baru setelah dua tahun dia baru
bisa bermain dengan teman," ujar Ike dalam diskusi 'Tips menentukan
mainan yang tepat bagi anak' di Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Dijelaskan
Ike kebanyakan dari orangtua kurang memerhatikan fungsi dan manfaat
dari mainan yang dibelikan untuk anak. Padahal hal itu sangat berdampak
pada tumbuh kembang anak. Contohnya dikatakan Ike mainan harus memenuhi
unsur keamanan, kenyamanan dan manfaat.
"Mungkin disini orangtua
pada saat membeli mainan mulai lebih teliti untuk melihat labelnya, ini
untuk usia berapa sih. Karena biasanya di label mainan itu dijelaskan
usia serta tujuan mainan tersebut untuk anak," katanya.
Senada,
Direktur PT Dokter Toy Indonesia Eka Putra Paksi Tanuwidjaja sepakat
jika peran orangtua sangat besar dalam menentukan tumbuh kembang anak.
Dia menjelaskan mainan tidak selamanya harus dipandang mahal, sebab jika
ingin berkreasi maka dari bahan-bahan yang ada disekitar rumah pun
dapat dijadikan mainan untuk anak.
"Jadi permainan educatif toy itu tidak selalu mahal, asal anak-anak bisa fun, itu yang dibutuhkan," katanya.
Selain
itu jika anak sudah menginjak usia sekolah, maka peran guru dalam hal
ini tentu dibutuhkan. Apalagi jika anak masih dalam tahap pendidikan
anak usia dini (PAUD), TK hingga SD kelas 3.
"Banyak sekali
sekarang ini anak itu cenderung belajar saja sehingga mereka tidak bisa
berkreasi. Padahal sebetulnya bermain itu bisa membuat anak berinovasi,
berkreasi, berfikir," lanjutnya.
Dia pun mengkritisi maraknya anak
saat ini yang lebih banyak menghabiskan waktu didepan video game.
Meskipun dikatakan membawa aspek pendidikan, namun sisi negatif dari
permainan tersebut juga sangat besar. Karena itu orangtua sudah
sepantasnya dapat mengatur waktu untuk anak agar bisa memainkan
permainan tersebut dengan wajar.
"Sebetulnya kalau video game itu
dampaknya kurang baik contoh bisa obesitas karena mereka tidak bergerak
dan tentu sosialisasi dengan sekitarnya jadi berkurang," tukasnya.
Sementara
itu Retno, salah seorang guru yang hadir setuju jika mainan untuk anak
tidak harus dipandang mahal dan selalu membeli. Karena dengan membuat
sendiri anak diajarkan untuk berkembang dan mengeluarkan pemikirannya.
"Disekolah
kami ajarkan anak membuat mainan. Meskipun itu tugas, namun mereka
tampak senang dan bangga ketika kerajinannya selesai dibuat," ujarnya.
tribunnews.com
0 komentar:
Posting Komentar